
Peningkatan literasi masyarakat pada kesempatan kali ini dispesifikasikan pada peningkatan literasi penggunaan aksara Jawa. Belajar bahasa Jawa jika ditekuni merupakan pelajaran yang sulit, dikarenakan masyarakat sudah mengalami akulturasi budaya dengan budaya luar. Budaya Jawa sendiri sering dilupakan bahkan tidak dipelajari. Perlu adanya kegiatan yang bisa menyadarkan masyarakat Jawa khususnya untuk tetap melestarikan budaya Jawa. Kegiatan bedah buku dengan judul “Salah Kaprah Aksara Jawa” menjadi perintis untuk menggugah masyarakat dalam berbudaya Jawa.
Bedah buku dilaksanakan di Joglo Gunodiharjo Susukan III Margokaton Seyegan Sleman. Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman ibu Dra. Shavitri Nurmala Dewi, M.A sekaligus memberikan sambutan dalam acara ini. Beliau menyambut antusias program bedah buku aksara Jawa di tengah gempuran modernisasi, aksara Jawa sering dilupakan. Pentingnya memahami aksara Jawa yg sebetulnya. Dengan memahami maka kita menjadi bagian dr masyarakat Jawa shg ikut melestarikan aksara Jawa dengan sebaik-baiknya.
Disampaikan juga laporan penyelenggaraan acara Bedah Buku ini oleh Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman Bapak Rahman Subadi, S.IP, M.Si. Dalam laporannya beliau menyampaikan maksud dan tujuan acara bedah buku ini yaitu meningkatkan literasi aksara Jawa, memupuk budaya Jawa. Acara ini mengundang 50 peserta. Selain itu agar masyarakat tau Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman adalah penerbit pemerintah menerbitkan buku kekhasan Sleman dengan Bahasa Jawa.

Acara bedah buku ini menghadirkan narasumber Bapak Syukron Arif Muttaqin, S.E, MAP (Politisi, sekretaris fraksi PKB) yang menyampaikan bahwa saat ini masyarakat Jawa kehilangan Jawanya. Beliau juga menghimbau agar jam belajar di sekolah mengenai aksara Jawa ditambah. Pelajaran aksara Jawa perlu diterapkan di setiap sanggar-sanggar budaya. Aksara Jawa agar tidak punah perlu dimasukkan di ranah digital. Kita harus bangga menjadi orang Jawa.
Narasumber yang ke dua yaitu Bapak Setya Amrih Prasaja, S.S (Kasi Bahasa & Sastra Kundha Kebudayaan DIY) merupakan penyusun buku “Salah Kaprah Aksara Jawa” menyampaikan adanya aksara latin dari negara luar berakibat merubah penggunaan aksara Jawa yang sebenarnya. Aksara berasal dari bahasa Sansekreta yang artinya tidak hancur atau abadi. Cerita Ajisaka mengajarkan kita untuk mau berkompromi tidak regejegan sehingga terjadilah “Mogobothongo”. Yg Acara bedah buku “Salah Kaprah Aksara Jawa” ini menarik perhatian bagi masyarakat. Meskipun masyarakat merupakan asli Jawa namun pada kenyataannya mereka masih penasaran dan masih banyak ketidaktahuan mengenai budaya Jawa ini. (Oleh Rika Hardiana, SIP.)
Leave a Reply