PAMERAN KEARSIPAN VIRTUAL

PROLOG

Dra. Sri Wantini, M.Pd
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kabupaten Sleman adalah salah satu dari empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara geografis Kabupaten Sleman terletak di sisi utara, barat dan timur Kota Yogyakarta dengan luas 57.482 hektarare, atau sekitar 18 % dari luas Provinsi DIY. Secara admisnistratif Kabupaten Sleman terdiri dari 17 wilayah Kapanewon, 86 Kalurahan, dan 1.212 padukuhan. Letak kabupaten Sleman membentang hingga kearah lereng Gunung Merapi.

Apabila kita cermati dari aspek sejarah Kabupaten Sleman ternyata memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan menarik, catatan perjalanan sejarah Kabupaten Sleman ini mungkin tidak banyak diketahui oleh khalayak umum, oleh karena itu Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, melalui Pameran Kearsipan Virtual dengan tema “Sleman Dalam Kilasan Sejarah” menyajikan secuil cerita singkat tentang perjalanan sejarah Kabupaten Sleman dari awal terbentuk tahun 1916 sampai sekarang.

Pembuatan pameran arsip virtual ini merupakan salah satu upaya untuk mempublikasikan dan mempromosikan khazanah arsip statis yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman serta untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang sejarah perjalanan Pemerintahan Kabupaten Sleman.

Selamat menikmati pameran kearsipan virtual “Sleman Dalam Kilasan Sejarah Part-1”

Salam Arsip

RIWAYAT SINGKAT KABUPATEN SLEMAN

ASAL USUL KATA SLEMAN

Nama Sleman menurut hipotesa Purbatjaraka berasal dari penyebutan sebuah hutan kunjarakunja desa yang berarti “ daerah hutan gajah”, keberadaan hutan gajah tersebut disebutkan pada Prasasti Canggal yang ditemukan di Candi Gunung Wukir, Magelang, Jawa Tengah. Dalam bahasa jawa, hutan gajah tersebut disebut juga dengan “alas ing liman”. Kemudian dari “alas ing liman” tersebut penyebutanya berubah menjadi Saliman dan akhirnya menjadi Sleman. Teori lain mengenai asal mula nama Sleman berasal dari kata Salimar pada Prasasti Salimar IV yang ditemukan di daerah Demangan, Sleman. Prasasti Salimar IV bertahun saka 802 (880M) berisi tentang penetapan perdikan hutan Salimar.

Prasasti Salimar IV bertahun saka 802 yang ditemukan di daerah Demangan Sleman, berisi tentang penetapan sima atau perdikan hutan di Salimar oleh Sang Pamgat Balakas bernama Pu Balahara kepada pemimpin Desa Kandang.
Prasasti Canggal berangka tahun 654 Saka atu 732 Masehi yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir, Dusun Canggal, Kadiluwih, Salam, Magelang. (sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

SLEMAN MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN

(Periode 1916-1945)

Secara administratif, keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 tahun 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta (Mataram) dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Suleman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Secara hierarkhis, Kabupaten Sleman membawahi distrik yang dikepalai seorang Panji. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa Kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan). Pada tahun yang sama, berturut-turut dikeluarkan Rijksblad No.12/1916, yang menempatkan Gunung Kidul sebagai kabupaten keempat wilayah Kasultanan Yogyakarta. Kemudian disusul dengan Rijksblad No. 16/1916 yang mengatur keberadaan Kabupaten/Kota. Sedangkan Rijksblad 21/1916 mengatur keberadaan Kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian, pada tahun tersebut wilayah Kasultanan Yogyakarta berkembang dari 3 kabupaten menjadi 6 Kabupaten. Setelah itu wilayah Kasultanan Yogyakarta beberapa kali mengalami reorganisasi dan  Kabupaten Sleman mengalami beberapa kali perubahan dan penurunan status dari kabupaten menjadi distrik. Pada tahun  1945 tepatnya tanggal 8 April 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Dalam Koorei tersebut dinyatakan wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi lima Kabupaten yakni Kabupaten Kota Yogyakarta (Yogyakarta Syi), Kabupaten Sleman (Sleman Ken), Kabupaten Bantul (Bantul Ken), Kabupaten Gunung Kidul (Gunung Kidul Ken) dan Kabupaten Kulon Progo (Kulon Progo Ken). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula sebagai wilayah Kabupaten yang membawahi 17 Kapanewon dan 258 Kalurahan dengan Bupati KRT Pringgodiningrat.

Rijksblad No. 11 Tahun 1916 (bahasa belanda)

Jogjakarta Koorei No.2 tentang Peroebahan Tata Pemerintahan dan Pembagian Daerah Kasoeltanan Jogjakarta
(Jogjakarta Koo Kooti)

SLEMAN PADA MASA REPUBLIK

Periode 1945-1964

Bupati Sleman pertama yang menjabat pada masa kemerdekaan RI adalah KRT Pringgodiningrat (1945-1947) dengan pusat pemerintahanya berada di ibukota lama yaitu di Desa Triharjo. Pada masa Pemerintahan Kabupaten Sleman ber ibukota di Triharjo terjadi pergantian Bupati dari KRT Pringgodiningrat kepada KRT Prodjodiningrat.

Pada waktu Belanda melakukan agresi militer di Yogyakarta, Bupati Sleman yang waktu itu dijabat oleh KRT Prodjodiningrat beserta pegawai pemerintah, rakyat dan TNI ikut bergerilya meninggalkan ibukota Sleman dan keluar Sleman untuk mengatur strategi. Dalam keadaan demikian gedung perkantoran Kabupaten Sleman menjadi sepi dan terjadi “bumi angkut” oleh gerombolan masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya kondisi gedung perkantoran di ibukota Triharjo tidak layak lagi menjadi tempat pelayanan masyarakat, kemudian pada tahun 1947 Bupati KRT Prodjodiningrat memindahkan pusat pelayanan ke Ambarukmo di Petilasan Dalem serta bekas pusat pendidikan perwira polisi yang pertama di Indonesia (saat ini pendopo hotel Ambarukmo). Dalam hal ini, Ambarukmo merupakan pusat kegiatan pelayanan pemerintahan, bukan ibukota kabupaten. Pusat kegiatan pelayanan pemerintahan Sleman bertempat di Ambarukmo sampai dengan tahun 1964.

Periode 1964-Sekarang

Pada tahun 1964 Bupati Sleman KRT Murdodiningrat memindahkan pusat pemerintahan ke Dusun Beran, Kalurahan Tridadi, Kapanewon Sleman (eks Kompleks Pabrik Gula Beran) sampai sekarang.

Mengungkap sejarah merupakan perjalanan yang rumit dan melelahkan, pada tahun 1998 setelah melalui penelitian, pembahasan, dan perdebatan bertahun-tahun akhirnya penentuan hari jadi Kabupaten Sleman disepakati. Melalui Perda No.12 tahun 1998 tertanggal 9 Oktober 1998, metetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Sleman adalah tanggal 15 (lima belas) Mei tahun 1916 . Di sini perlu ditegaskan bahwa hari jadi Sleman adalah hari jadi Kabupaten Sleman, bukan hari jadi Pemerintah Kabupaten Sleman.

Peraturan Daerah Tingkat II Sleman Nomor: 12  Tahun 1998 tentang Hari Jadi Kabupaten Sleman

BUPATI SLEMAN DARI MASA KE MASA (1945-Sekarang)

EPILOG

JAS MERAH, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, sebuah jargon dari Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno, yang mengharapkan para generasi penerus bangsa untuk tidak melupakan sejarah dan  belajar dari sejarah bangsa. Arsip sejarah suatu daerah merupakan bagian dari memori kolektif bangsa, dari sana kita bisa belajar banyak hal untuk membangun dan menyusun kebijakan bangsa pada masa yang akan datang. Semoga secuil kilasan sejarah Sleman ini bisa memberikan manfaat dan wawasan pada generasi penerus bangsa serta menumbuhkan budaya sadar tertib arsip khususnya bagi masyarakat Sleman. Wujudkan Tertib Arsip Sebagai Budaya Kita